Dakwah Sunnah adalah Fitrah

Banner 468

Facebook
RSS

Solusi atas realita ummat Islam hari ini

-
Berbagi Sunnah


بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
أما بعد : فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار .
الله اكبر الله اكبر لاإله إلا الله والله اكبر ، الله اكبر ولله الحمد !

‘Aaidiin wal ‘Aaidaat Rohimakumullah  !
Segala kebaikan kita sandarkan hanya pada Allah U dan segala kejelekan hanya berpulang kepada amal perbuatan kita semua sebagai hamba Allah yang penuh dengan kelemahan dan kealpaan.
Allah I berfirman : “Semua kebaikan yang engkau  peroleh berasal dari Allah, dan semua kejelekan yang menimpamu, Maka dari  dirimu sendiri.”  (an-Nisaa`/04:79)
Firman Allah I tersebut menggambarkan betapa kita wajib bersyukur kepada Allah I apabila senantiasa  berada di atas kebaikan. Dan begitu juga kita wajib koreksi diri dan introspeksi diri apabila kita begitu mudah terjatuh dalam kejelekan-kejelekan.
Allah U berfirman dalam Hadits Qudsi :
(( ؛ فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ ))
“Barangsiapa  yang mendapati kebaikan pada dirinya, maka hendaklah ia memuji Allah dan barangsiapa yang mendapati selain itu (kejelekan) pada dirinya maka janganlah dia mencela kecuali terhadap dirinya sendiri.” [Hadits Shohih Riwayat Muslim dalam kitab Hadits Arba’in an-Nawawiyah hadits nomor 24].

‘Aaidiin wal ‘Aaidaat yang berbahagia !
                Demikian juga dengan realita umat Islam hari ini, jika realita mereka baik maka semua itu karena karunia dan taufik dari Allah Y  semata dan jika realita mereka itu jelek maka semua itu karena I’tiqod (keyakinan) dan amaaliyah mereka yang jelek. Dan kita tidak bisa mengingkari realita jeleknya keadaan umat Islam hari ini. Oleh karena itulah Syaikh Abu Usaamah Salim bin ‘Ied al-Hilaaly -حفظه الله تعالى- berkata: “Realita umat Islam hari ini berada dalam dua keadaan. Pertama, Keadaan Wahn (lemah), dan kedua, keadaan Dakhon (Kena Asap atau diasapi atau tercemari)” (Baca : Limaadzaa Ikhtartu al-Manhaja as-Salafiya hal.7 &13).
Keadaan Pertama Adalah KEADAAN LEMAH (حَلَــــةُ الْـــــوَهْنِ)
                Dalilnya adalah ;
عَنْ ثَوْباَنَ قَالَ : قََالَ رَسُوْلُ الله  : (( يُوْشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا)) فَقَالَ قَائِلٌ : وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِدٍ؟ قَالَ  : (( بَلْ أَنْتُمْ  يَوْمَئِدٍ كَثِيْرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعنَّ الله ُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ الله ُ فِي قُلُوْبِكُمْ الْوَهْنَ )) فَقَالَ قَائِلٌ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟  قَالَ  : (( حُبُّ الدُّنْيَا وَكرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. ))
Dari Tsauban t , (dia) berkata: “Rasulullah  r  telah bersabda: ‘Ummat-ummat hampir saja mengerumuni kalian sebagaimana orang-orang yang kelaparan mengerumuni sebuah hidangan (lezat).’ Lalu seseorang bertanya : ‘Apakah kami ketika itu sedikit?’ Rasulullah  r  menjawab : ‘Justru kalian ketika itu berjumlah banyak. Akan tetapi keadaan kalian seperti buih di tengah lautan. Allah I benar-benar mencabut kehebatan kalian dari dada-dada musuh kalian dan Allah I lemparkan ke dalam hati-hati kalian sifat Wahn.’ Lalu orang tersebut bertanya lagi : ‘Wahai Rasulullah  apakah Wahn itu?’ Rasulullah  r menjawab : ‘(Wahn) adalah cinta dunia dan takut mati.’” [Hadits Shohih Riwayat Abu Dawud (4297), Ahmad (23037), dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul `Auliya (I/182)]

Syarah (Penjelasan) Hadist di atas,
Yang dimaksud dengan Umat-umat adalah Firqoh-firqoh Kufur dan umat-umat sesat.
Yang dimaksud (  أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ  ) adalah sebagian mereka menyeru kepada sebagian yang lain untuk memerangi kalian, mematahkan kekuatan kalian dan merampas semua negeri dan harta yang kalian miliki.
Imam Mulla ‘Aly al-Qoori -Rohimahullahu Ta’aala- berkata : “Orang-orang kelaparan itu mengambil hidangan lezat dengan tanpa ada yang melarang dan menghalanginya lalu mereka menyantapnya dengan semaunya sendiri dan bebas sebagaimana mereka mengambil semua  yang ada pada kalian dengan tanpa susah payah meraihnya atau dengan tanpa bahaya yang menyertainya dan atau dengan tanpa kesulitan yanng menghalanginya.” (Baca : ‘Aunul Ma’bud [6/11/272-273])
Yang dimaksud dengan “Justru kalian waktu itu berjumlah banyak” adalah sesungguhnya jumlah banyak tidak mencukupi sedikitpun bagi ummat Islam apabila mereka semata-mata menyandarkan kepada kuantitas dengan tanpa kualitas. Oleh karena itu Allah I di dalam al-Qur`an mencela semata-mata mengandalkan kualitas (berumlah banyak), diantaranya :
“Dan jika kamu menaati kebanyakan orang di muka bumi (maka) mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah”. ( al-An’aam/06:116)“Apakah kamu menyangka bahwasanya kebanyakan mereka mendengar atau berakal (?) Mereka hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka yang paling sesat jalannya.”           ( al-Furqon/25:44)
Bahkan justru sebaliknya. Didalam al-Qur`an banyak sekali Allah I memuji jumlah yang sedikit, diantaranya :
“Berapa banyak olongan yang sedikit telah mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah”. (al-Baqoroh/02:249) 
“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur” . (Saba`/34:13)
Kesimpulannya : Sesungguhnya yang terpuji adalah orang yang mempunyai sifat yang baik meskipun sedikit. Maka jika mereka berjumlah banyak berarti cahaya diatas cahaya. Dan sesungguhnya yang tercela adalah orang yang mempunyai sifat yang jelek, meskipun berjumlah banyak. Maka jika sedikit berarti kerendahan demi kerendahan yang menghinakan. (Baca : al-Arba’uuna Haditsan fit Tarbiyah wal Manhaj hal.76)
Adapun yang dimaksud dengan keadaan kalian seperti buih di lautan adalah karena kecil (sedikitnya) keberanian kalian dan rendahnya kadar kalian. Maksud kata (  الْمَهَــابَةَ  ) yaitu rasa takut pada diri musuh kalian.” (Baca : ‘Aunul Ma’bud [6/11/272-273])
                Di dalam Kitab Musnad Ahmad ketika ditanya maksud kata Wahn, maka Rasulullah  r  menjawab:
(( حُبُّ الْحَيَاةِ وَكرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. ))
“Cinta kehidupan dan takut mati.”

‘Aaidiin wal ‘Aaidaat Rohimakumullah  !
                        Berdasarkan hadits Tsauban t  jelaslah bahwa penyakit Wahn sebabnya karena dua hal; pertama, Hubbud Dun-ya (Cinta Dunia) atau Hubbul Hayaat (Cinta Kehidupan), dan Kedua, Karoohiyatul Maut (Takut Mati).
Permasalahannya adalah benarkah cinta dunia dan penghidupan serta takut mati itu mutlaq salah dan terlarang? Jika benar lalu bagaimanakah solusi dan jalan keluarnya?
Dalam hal ini mari kita kaji masalah ini dengan memperhatikan uraian dari Syaikh Doktor ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad as-Sadhan -حفظه الله تعالى - di dalam kitabnya Arba’uuna Haditsan fiit tarbiyyah wal Manhaj :
فِيْهِ : أَنَّ مَحَبَّةَ الدُّنْيَا لَيْسَتْ مَذْمُوْمَةً إِلاَّ إِذَا تَرَتَّبَ عَلَيْهَا ضَيَاعُ أَمْرِ الأَخِرَةِ فَهِيَ حِيْنَئِذٍ مَحَبَّةٌ مَذْمُوْمَةٌ تَزِيْدُ صَاحِبَها مِنْ الشَّرِّ قُرْبًا وَعَنْ الْخَيْرِ بُعْدًا.
“Faidah di dalam hadits tersebut adalah; sesungguhnya cinta dunia tidak mesti tercela kecuali apabila mengakibatkan disia-siakannya urusan akhirat maka ketika itu dia adalah kecintaan yang tercela karena menjadikan pelakunya bertambah dekat dengan kejelekan dan bertambah jauh dari kebaikan.”
Lalu Syaikh as-Sadhan -حفظه الله تعالى- melanjutkan uraiannya;
فِيْهِ : أَنَّ كَرَاهِيَةَ الْمَوْتِ لَيْسَتْ مَذْمُوْمَةً إِلاَّ إِذَا تَرَتَّبَ عَلَيْهَا الْحَسَرَةُ عَلَى فَوَاتِ مَلَذَّاتِ الدُّنْيَا مَعَ إِهْمَالٍ لِأَمْرِ الْأَخِرَةِ. فَأَمَّا مَنْ رَاعَى أَمْرَ آخِرَتِهِ وَكَرِهَ الْمَوْتَ الْكَرَاهَةَ الْجِبِلِيَّةَ فَلاَ تَثْرِيْبَ عَلَيْهِ، كَمَا جَاءَ فِي الْحَدِيْثِ الْقُدْسِيِّ : (( يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ )) [أخرجه البخاري من حديث أبي هريرة[.
“Faidah di dalam hadits tersebut adalah; sesungguhnya takut mati itu tidak tercela kecuali apabila mengakibatkan kesedihan karena terluputnya kelezatan-kelezatan dunia serta mengabaikan urusan akhirat. Adapun orang yang menjaga urusan akhiratnya dan takut mati dengan rasa takut Jibiliyyah (Berperangai pada umumnya), maka tidak tercela sebagaimana telah datang di dalam Hadits Qudsi : (( “Dia takut mati dan Aku pun takut kematian yang jelek” )) [ Hadits Shohih Riwayat al-Bukhory, dari Sahabat Abu Huroiroh t  ].( Baca : al-Arba’uuna Haditsan fiit Tarbiyyah wal Manhaj hal. 77 )
                Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid  -حفظه الله تعالى-   mengomentari haidts ini dengan uraian;
إِنَّ هَزِيْمَتَهَا لِأَنّهَا لَمْ تَهْتَمَّ بِالجَانِبِ الْأَصِيْلِ مِنَ الإِسْلاَمِ وَهُوَ تَوْحِيْدُ اللهِ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى وَلَمْ تُرَبِّ الدُّعَاةَ عَلَى مَعْرِفَةِ الْحُقُوْقِ وَأَدَاءِ الْوَجِبَاتِ فَضَعُفُوْا وَوَهَنُوْا فَصَارُوا فِي ذَيْلِ الْقَافِلَةِ بَعْدَ أَنْ كَانُوْا سَادَتهَا وَ صَارُوْا ضِعَافًا بَعْدَ أَنْ كَانُوْا أَقْوِياَءَ.
“Sesungguhnya serangannya adalah karena tidak antusias dengan sisi pokok dari Islam yaitu mentauhidkan Allah I  dan mendidik para da’i agar mengetahui hak-hak dan menunaikan kewajiban-kewajibannya, lalu mereka menjadi lemah dan melemah ( Wahn ). Maka jadilah mereka buntut Kafilah setelah sebelumnya pernah menjadi mulia. Dan jadilah mereka lemah setelah sebelumnya mereka pernah menjadi kuat.” ( Baca : Arba’uuna Haditsan fid Da’wah wad Du’aat hal.81 )

‘Aaidiin wal ‘Aaidaat Rohimakumullah  !
Keadaan Kedua adalah KEADAAN KENA ASAP ATAU TERCEMARI 
(  حَـــــــــالَةُ الـدَّخَــــــــنِ )
Dalilnya adalah :
عَنْ حُذَيْفَةَ بِنْ الْيَمَانِ قَالَ : 
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم عَنِ الْخَيْرِ. وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَرِّ، مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِيْ.
فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلُ اللهِ، إِنَّا كُنَّا فِيْ جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ، فَجَاءَنَا اللهُ بِهٰذَا الْخَيْرِ، فَهَلْ بَعْدَ هٰذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟
 قَالَ: (( نَعَمْ )) .
فَقُلْتُ: وَهَلْ بَعْدَ ذَالِكَ الشَرِّ مِنْ خَيْرٍ؟
قَالَ: (( نَعَمْ، وَفِيْهِ دَخَنٌ. ))
قُلْتُ :  وَمَا دَخَنُهُ؟
قَالَ: (( قَوْمٌ يَهْدُوْنَ بِغَيْرِ هَدْيِيْ، تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ. ))
قُلْتُ: فَهَلْ بَعْدَ هٰذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟
قَالَ: (( نَعَمْ. دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ؛ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا. ))
قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، صِفْهُمْ لَنَا!
قَالَ: (( هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا. ))
قُلْتُ: فَمَا تَأْمُرُنِيْ إِنْ أَدْرَكَنِيْ ذاَلِكَ؟
قَالَ: (( تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ. ))
قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وُلاَ إِمَامٌ؟
قَالَ:(( فَاعْتَزِلُ الْفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍِ حَتىَّ يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذاَلِكَ.))
"Dari Hudzaifah Ibnul Yaman t (ia) berkata : ‘Orang-orang biasa bertanya kepada Rasulullah r tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang kejelekan karena takut  mendapatinya.
Lalu aku berkata ; Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada dalam Jahiliyah (kebodohan) dan kejelekan, kemudian Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini. Lalu apakah setelah kebaikan ini ada kejelekan ?’
Beliau r  bersabda : ‘Ya! Ada’.
Aku berkata lagi : ‘Dan apakah setelah kejelekan itu ada kebaikan ?.’
Beliau r  bersabda : Ya! Dan padanya ada dakhon (asap - tercemari).
Aku kembali berkata : Apakah dakhon itu ?.
Beliau r  menjawab : ‘Ada satu kaum yang memberi petunjuk bukan dengan petunjukku. Kamu mengenal mereka dan mengingkarinya.’
Aku berkata : ‘Apakah setelah kebaikan itu ada kejelekan lagi ?.’
Beliau r  bersabda : ‘Ya! Para penyeru di atas pintu-pintu neraka Jahannam. Siapa saja yang menyambut seruannya, niscaya melemparkannya ke dalam api neraka Jahannam.’
Aku berkata : ‘Wahai Rasulullah! terangkan kepada kami tentang keadaan mereka!
Beliau r  bersabda : Mereka dari  jenis kita dan berbicara dengan lidah-lidah kita.
Aku berkata : ‘Lalu apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku mendapati hal tersebut ?.
Beliau r  bersabda : Kamu harus menetapi Jama'ah kaum Muslimin beserta imam mereka.
Aku berkata : ‘Lalu bagaimana jika tidak ada jama'ah maupun imamnya ?
Beliau r  bersabda : Jauhilah semua firqah, walaupun dengan menggigit akar-akar pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau diatas hal itu.
[ Hadits Shohih Riwayat al-Bukhory no. 7084, Muslim no. 1847 ]
                Berdasarkan hadits di atas (  الـدَّخَــــــــنِ  ) adalah;
(( …  قَوْمٌ يَهْدُوْنَ بِغَيْرِ هَدْيِيْ تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ … ))
“… Ada satu kaum yang memberi petunjuk bukan dengan petunjuk-ku. Kamu mengenal mereka dan mengingkarinya…”
Dalam redaksi lain, makna  (  الـدَّخَــــــــنِ  ) adalah;
(( … قَوْمٌ يَسْتَنُّوْنَ بِغَيْرِ سُنَّتِيْ وَ يَهْدُوْنَ بِغَيْرِ هَدْيِيْ تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ … ))
“… Ada satu kaum yang menetapi sunnah bukan dengan sunnah-ku dan memberi petunjuk bukan dengan petunjuk-ku. Kamu mengenal mereka dan mengingkarinya…”
Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali حفظه الله di dalam mengomentari hadis tersebut maka beliau menarik tiga kesimpulan sebab – sebab terjadinya dakhon, yaitu :
Pertama,  (اَلْبِدَعُ) artinya: Perkara – perkara yang baru.
Dalilnya adalah redaksi :
قَوْمٌ يَسْتَنُّوْنَ بِغَيْرِ سُنَّتِيْ وَ يَهْدُوْنَ بِغَيْرِ هَدْيِيْ تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ
“Ada satu kaum yang menetapi sunnah bukan dengan sunnahku dan memberi petunjuk bukan dengan petunjuku, kamu mengenal mereka dan kamu mengingkari mereka”
Apakah solusinya dari keadaan ini?
Jawabannya adalah obati penyakit  (البِدَعُ) dengan (السُنَّةُ).
Maksudnya adalah hendaknya setiap kita menetapi sunnah Nabi dan memberi petunjuk dengan petunjuk Nabi r.
Kedua, (حُصُوْنُهَا مُهَدَّدَةٌ مِنَ الدَّاخِلِ) artinya: Benteng – benteng kaum muslimin terancam dari dalam tubuh kaum muslimin.
Dalilnya adalah redaksi :
قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَ اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَمَ : نَعَمْ ! دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ خَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا
“Rasulullah r bersabda : Ya! Para juru dakwah (da’i – da’i) diatas pintu – pintu neraka jahannam, siapa saja yang menyambut seruannya maka niscaya melemparkannya ke dalam api neraka jahannam”.
Apakah solusi diatas sebab yang kedua ini?
Jawabannya adalah setiap kita wajib waspada terhadap setiap seruan yang akan mengantarkan kita kepada neraka jahannam. Oleh karena itu kenalilah jalan – jalan menuju surga dan jalan – jalan menuju neraka dengan senantiasa mengikhlaskan diri kita di dalam menuntut ilmu syar’i.
Ketiga,(سَنَوَاتٌ خُدَّاعَاتٌ)  artinya: Tahun – tahun yang penuh tipudaya.
Dalilnya adalah hadits riwayat Imam Muslin dari sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman dari Rasulullah  r beliau bersabda :
وَسَيَقُوْمُ فِيْهِمْ رِجَالٌ قُلُوْبُ الشَّيَا طِيْنِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ
“Di tengah – tengah mereka akan datang orang – orang yang berhati setan dalam wujud manusia”.
Lalu dalam keterangan lain :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَى اللَّه عَلَيْهِ وَ سَلَمَ : سَيَأْتِى سَنَوَاتٌ خُدَّاعَاتٌ يُصَدَّقُ فِيْهِنَّ الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيْهِنَّ الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ الْأَمِيْنُ وَيَنْطِقُ فِيْهَا الرُّوَيْبِضَةُ. فَقِيْلَ : وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ ؟ قَالَ : الرَّجُلُ التَّافِهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ  
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu ia berkata : Rasulullah r telah bersabda : Akan datang tahun – tahun yang penuh tipudaya pendusta dibenarkan, orang jujur didustakan, penghianat dianggap amanat dan orang yang amanat dianggap khianat serta pada waktu itu orang – orang Ruwaibidhoh bicaranya dianggap. Lalu ditanya : siapakah Ruwaibidhoh itu? Rasul r menjawab : orang yang kurang dan sedikit ilmu syar’inya banyak berbicara urusan kemashlahatan orang awam”. (Hadits shohih lighairihi riwayat Ibnu Majah, Ahmad, Al Hakim dan Khoroiti).
Apa solusi menghadapi keadaan seperti ini?
Jawabannya adalah kita harus mengetahui hakikat kebenaran dan ahlinya. Kita harus mengetahui hakekat ilmu dan ulama. Kita harus mengukur diri terhadap diri kita sendiri, insya Allah selamat! 
( Oleh : Ahmad Thonarih al-Atsary )


وصــلى الله عـلى نبيّنا محمّد و عـلى أله وصحبه وســلّم، وأخر دعوانا أنّ الحمد لله ربّ العالمين!

Leave a Reply